Ringkasan Kitab Fadhlul Islam | Halaqah 15 - Bahaya Tertipu dalam Ibadah (Sahar dan Shaum Orang Bodoh)
بسم الله الرحمن الرحيم
Halaqah ini melanjutkan pembahasan Kitab Fadhlul Islam dengan perkataan Abu Darda radhiyallahu 'anhu: "كيف يعيبون سهر الحمقى وصومهم؟" (Bagaimana mereka [orang cerdas] bisa tertipu dengan begadangnya orang-orang bodoh dan puasa mereka?) Materi ini menjelaskan perbedaan antara ibadah yang berpahala dan yang tidak, serta keutamaan amalan kecil yang dilandasi iman dan takwa.
1. Makna "Al-Humqa" (Orang-orang Bodoh/Tidak Cerdas):
Ini adalah lawan dari "Al-Akyas" (orang-orang cerdas) yang dibahas di halaqah sebelumnya.
Mereka adalah orang-orang yang tertipu sehingga amalan yang seharusnya bernilai ibadah justru bisa menjadi dosa atau sebab masuk neraka.
2. Penyebab Ibadah Menjadi Tidak Bernilai atau Berdosa:
Salah Niat (Batinnya Tidak Sesuai Islam):
Contoh: Berpuasa Ramadhan hanya karena adat istiadat/kebiasaan, mengikuti orang lain, tanpa "ihtisaban" (mengharap pahala dari Allah).
Hadits Nabi ﷺ: "مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا" (Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab...), maka akan diampuni dosa-dosanya. Tanpa ihtisab, tidak mendapatkan keutamaan ini.
Begadang (misalnya untuk shalat malam) tanpa "ihtisaban" juga tidak mendapatkan pahala.
Tidak di Atas Islam/Sunnah (Zhahirnya Tidak Sesuai Islam):
Melakukan amalan ibadah (misalnya shalat malam) dengan cara yang bid'ah (tidak ada contoh dari Nabi ﷺ). Ini justru akan mendatangkan dosa, meskipun niatnya beribadah.
Salah Keduanya (Niat dan Cara): Baik batinnya maupun zhahirnya tidak sesuai dengan Islam yang dibawa Nabi ﷺ.
3. Keutamaan Amalan Kecil yang Dilandasi "Birr, Taqwa, dan Yaqin":
Abu Darda juga mengatakan: "ولمثقال ذرة من بر مع تقوى ويقين، أعظم وأفضل وأرجح عند الله من عبادة المغترين" (Dan satu dzarrah [seberat semut] dari kebaikan yang diiringi dengan kebaikan, takwa, dan keyakinan, lebih besar pahalanya, lebih utama, dan lebih berat di sisi Allah daripada ibadahnya orang-orang yang tertipu).
"Dzarrah": Menunjukkan amalan yang sangat kecil.
"Birr" (Kebaikan): Jika digabungkan dengan takwa, bermakna menjalankan perintah Allah.
"Taqwa": Menjauhi larangan Allah. Atau, beramal dengan ketaatan di atas cahaya dari Allah (sesuai Islam/Sunnah).
"Yaqin" (Keyakinan): Keyakinan yang kuat.
"Al-Mughtarin" (Orang-orang yang Tertipu): Mereka adalah orang-orang yang amalannya tidak diterima karena:
Salah niatnya (misal: riya').
Niatnya benar tapi amalannya tidak sesuai Sunnah (bid'ah).
Intinya: Amalan yang sedikit sekalipun, jika sesuai dengan Islam (dzahir dan batin), akan diterima Allah dan berpahala.
4. Keutamaan Islam Nabi Muhammad ﷺ (Pengulangan):
Keutamaan Islam yang dibawa Nabi ﷺ: Jika seseorang berpegang teguh pada Islam ini, sesuatu yang asalnya mubah bisa menjadi pahala (jika niatnya benar), dan amalan (sekecil apapun) akan diterima jika sesuai Islam dan bukan bid'ah.
Ini menunjukkan bahwa Islam Nabi Muhammad ﷺ adalah sebab diterimanya amal saleh.
5 Soal Pilihan Ganda dan Jawaban
Soal 1: Siapa yang disebut "Al-Humqa" (orang-orang bodoh/tidak cerdas) dalam perkataan Abu Darda?
a. Orang yang pandai berhitung.
b. Orang yang tertipu sehingga amalannya tidak bernilai atau bahkan berdosa.
c. Orang yang tidur nyenyak sepanjang malam.
d. Orang yang selalu berpuasa tanpa jeda.
Soal 2: Mengapa puasa Ramadhan seseorang bisa tidak mendapatkan pahala "ghufira lahu ma taqaddama min dzanbihi"?
a. Karena dia berpuasa terlalu lama.
b. Karena dia tidak ada niat "ihtisaban" (mengharap pahala dari Allah), hanya ikut-ikutan.
c. Karena dia puasa sendirian.
d. Karena dia makan sahur terlalu sedikit.
Soal 3: Selain salah niat, apa sebab lain yang bisa menjadikan amalan seseorang berdosa meskipun niatnya beribadah?
a. Melakukan amalan tersebut di siang hari.
b. Melakukan amalan tersebut dengan cara yang bid'ah (tidak sesuai Sunnah).
c. Melakukan amalan tersebut di masjid.
d. Melakukan amalan tersebut bersama banyak orang.
Soal 4: Menurut Abu Darda, apa yang lebih utama dan lebih berat di sisi Allah dibandingkan ibadahnya orang-orang yang tertipu?
a. Amalan yang sangat banyak meskipun tidak sesuai Sunnah.
b. Satu dzarrah (amalan sekecil semut) kebaikan yang diiringi birr, takwa, dan keyakinan.
c. Harta yang sangat banyak tanpa amal.
d. Tidur sepanjang malam tanpa niat.
Soal 5: Bagaimana orang yang tertipu ("Al-Mughtarin") bisa menyebabkan amalannya tidak diterima?
a. Niatnya benar dan amalannya sesuai Sunnah.
b. Niatnya salah (misalnya riya') atau niatnya benar tapi amalannya tidak sesuai Sunnah (bid'ah).
c. Dia melakukan banyak amal kebaikan setiap hari.
d. Dia hanya beribadah pada hari Jumat.
Kunci Jawaban:
b. Orang yang tertipu sehingga amalannya tidak bernilai atau bahkan berdosa.
b. Karena dia tidak ada niat "ihtisaban" (mengharap pahala dari Allah), hanya ikut-ikutan.
b. Melakukan amalan tersebut dengan cara yang bid'ah (tidak sesuai Sunnah).
b. Satu dzarrah (amalan sekecil semut) kebaikan yang diiringi birr, takwa, dan keyakinan.
b. Niatnya salah (misalnya riya') atau niatnya benar tapi amalannya tidak sesuai Sunnah (bid'ah).
Komentar
Posting Komentar